Free Symantek Trojan Remover

0

Bookmark and Share
mau downlod antivirus klik aja di bawah ini.
ini salah satu anti-virus yang terkeren
klik downlod tool ini
Read More >>

prosa fiksi

0

Bookmark and Share

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Karya sastra dikelompokkan menjadi 3 jenis, prosa, puisi, dan drama. Untuk dapat memahami sebuah karya sastra dengan baik, pembaca harus memiliki pengetahuan tentang fungsi dan unsur-unsur karya sastra yang dibacanya.
Prosa fiksi sebagai sebuah cerita rekaan yang biasa juga disebut sebagai cerita rekaan memiliki fungsi untuk memberitahukan kepada pembaca tentang suatu kejadian atau peristiwa yang mungkin ada dalam kehidupan nyata. Unsur-unsur prosa fiksi seperti yang sudah Anda pelajari dalam mata kuliah sastra mencakup tema, tokoh, alur, seting atau latar, gaya, dan sudut pandang.
Dalam karya prosa fiksi terkandung sebuah amanat yang dibungkus oleh unsur-unsur cerita tersebut. Kejadian-kejadian dan amanat inilah yang akan Anda peroleh dari cerita yang Anda baca sebagai suatu pengalaman
Karya sastra merupakan struktur yang kompleks sehingga untuk memahami sebuah karya sastra diperlukan penganalisisan. Penganalisisan tersebut merupakan usaha secara sadar untuk menangkap dan memberi muatan makna kepada teks sastra yang memuat berbagai sistem tanda. Seperti yang dikemukakan oleh Saussure bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna (Nurgiyantoro, 2002: 39).
Bahasa tak lain adalah media dalam karya sastra. Karena itu karya sastra merupakan sebuah struktur ketandaan yang bermakna (Kaswadi, 2006: 123). Tidak terkecuali pada teks sastra yang berbentuk prosa, maka untuk pemahaman makna pada prosa bisa menggunakan kajian sintaksis.  Oleh karna itu, penulis ingin mengkaji novel karya dari sudut pandang Sintaksis.



B.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah

Ø  Bagaimana kajian novel ‘’Gadis Cilik di Jendela’’ karya Tetsuko Kuroyanagi dari sudut pandang Sintaksis ?
Ø  Bagaimana kajian novel ‘’Gadis Cilik di Jendela’’ karya Tetsuko Kuroyanagi dari penggunaan konjungsi intrakalimat pada kata depan?

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :

Ø  Untuk mengetahui kajian novel ‘’Gadis Cilik di Jendela’’ karya Tetsuko Kuroyanagi dari sudut pandang Sintaksis.
Ø  Untuk mengetahui kajian novel‘’Gadis Cilik di Jendela’’ karya Tetsuko Kuroyanagi  dari penggunaan konjungsi intrakalimat pada kata depan?











BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian pengkajian Prosa Fiksi
Kata  ”kajian”  berasal  dari  kata  ”kaji”  yang  berarti  (1)  ”pelajaran”;  (2)  penyilidikan (tentang   sesuatu). Bermula   dari  pengertian   kata   dasar   yang demikian, kata ”kajian” menjadi berarti ”proses, cara, perbuatan mengkaji;  penyelidikan (pelajaran yang mendalam); penelaahan (KBBI, 1999: 431).
Istilah prosa fiksi atau cukup disebut karya, fiksi, biasa  juga diistilahkan dengan prosa  cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan, atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil  imajinasi   pengarangnya   sehingga   menjalin   suatu   cerita   (Aminuddin, 1987:66).
Kajian sastra bisa diartikan sebagai proses atau perbuatan mengkaji, menyelidiki, dan menelaah objek material yang bernama sastra (Wiyatmi, 2006:19).
Nurgiyantoro   (2000:   30-31)   menyatakan   bahwa   hakikat   pengkajian   fiksi menyaran pada penelaahan, penyelidikan, pemahaman melalui analisis karya fiksi dengan kerja analisis yang dilakukan langsung dalam keadaan totalitasnya.
Dari  pengertian   di   atas   dapat   disimpulkan   bahwa   pengkajian   prosa   fiksi merupakan proses, cara, perbuatan mengkaji, menganalisis, menyelidiki,  menelaah, dan memahami melalui analisis karya prosa fiksi ( prosa cerita, prosa  narasi, atau cerita berplot ).





B.     Pengertian Penelitian

( Menurut David H Penny ), Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
( J. Suprapto ), Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis.
( Sutrisno Hadi ), Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
Jadi, penelitian adalah penyelidikan atau penafsiran fakta-fakta untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran dengan cara sistematis dari suatu ilmu pengetahuan.

C.    Kajian Sintaksis
( Hari Murt Kridalaksana, 1993 ). Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika yaitu morfologi dan cabang linguistic yang mempelajari tentang kata.
( Ramlah 2001:18 ). Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase.
( O’ Grady, et. al., 1997). Sintaksis adalah Aturan dalam sistem pola kalimat dasar dalam bahasa manusia.
Jadi, kajian sintaksis adalah penelitian mengenai gramatikal atau aturan pola kalimat yang meliputi kalimat, klausa dan frase untuk mengetahui makna  dari wacana tersebut.  


D.    Pengertian konjungsi
Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi manghubungkan (merangkai, unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat (yaitu subjek,predikat, objek, pelengkap, dan keterangan), sebuah kalimat dengan kalimat lain, dan (atau) sebuah paragraph dengan paragraph yang lain.
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam suatu wacana. Konjungsi dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1.         Konjungsi intrakalimat: agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga, serta, supaya, tetapi, dan sebagainya.
2.         Konjungsi ekstrakalimat: jadi, disamping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan demikian, walaupun, demikian, akibanya, tambahan pula, dan sebagainya.
Adapun perangkai intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur atau bagian kalimat atau paragraf yang satu dengan kalimat atau paragraf yang lain. Bagian perangkai antarkalimat ini sering juga disebut dengan istilah kata transisi. Kata-kata transisi ini sangat membantu dalam menghubungkan gagasan sebelum dan sesudahnya baik antarkalimat maupun antar paragraf.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa contoh bentuk perangakai yang sering ditemukan dalam karangan antara lain: agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga, serta, supaya, tetapi, jadi, disamping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan demikian, walaupun, demikian, akibanya, tambahan pula, dan sebagainya. Oleh sebab itu, yang dikaji dari penggunaan konjungsi intrakalimat pada kata depan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.    Diskripsi Kualitatif

TOTTO – CHAN
GADIS CILIK DI JENDELA.
Totto – chan dan mama turun dari kereta Oimachi di stasiun Jiyugaoka. Ketika melewati pemeriksa karcis Totto-chan tertarik dengan  karcis kereta yang terdapat di kotak karcis, sehingga  dia bercita – cita untuk menjadi penjual karcis kereta walaupun sebelumnya dia juga tertarik menjadi seorang mata – mata, Sehingga Totto-chan mendapat gagasan akan menjadi seorang penjual karcis kereta yang ternyata adalah seorang  mata – mata. Dia menyampaikan gagasannya tersebut kepada mama, dan mama tidak menjawab pertanyaan Totto-cahan karena mama sangat cemas dengan sekolah baru yang menerimanya atau tidak. Totto-chan tidak mengetahui kekhawatiran mamanya dan ketika mereka bertatap matadia member tahukan apa yang dia pikirkan kepada mamanya. Mendengar hal itu mama menjadi putus asa.
Mama merasa khawatir kepada Totto-chan karena pada sekolah sebelumya di keluarkan, padahal Totto-chan baru kelas satu sungguh kejadian yang aneh. Kejadian itu terjadi sekitar seminggu yang lalu mama dipanggil wali kelas Totto-chan. Totto – chan dianggap anak yang nakal karena  selalu aktif dalam memperhatikan halaman sekitarnya dan tidakmemperhatikan apa yang dilakukan oleh para guru yang sedang mengajar di kelas. Para guru tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukan oleh Totto – chan.Sesuatu yang dianggap Totto-chan menyenangkan tapi bagi gurunya sangat menjengkelkan. Misalnya saja ketika dia memenggil pemusikjalana yang sedang melintas di daerah kelasnya dan meminta para pemusik jalanan untuk menyayikan lagu mereka. Sehingga suasana sekolah menjadi rebut dan mengganggu kelas lain. Selain itu Totto-chan juga sering melakukan hal-hal aneh yang menurut para guru tidak normal.

Ketika sampai di depan pintu gerbang sekolah barunya Totto – chan berhenti sejenak karena sekolah ini berbeda dengan sekolahnya yang dulu. Nama sekolah barunya “Tomoe Gakuen”. Totto – chan melihat sesuatu yang membuat hatinya gembira dan seakan – akan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, yaitu ruang kelas yang memakai gerbong kereta yang tidak terpakai.
Totto – chan menjerit kegirangan. Dia melihat gerbong kereta yang bisa dinaikinya setiap saat, Namun langkahnya terhenti karena ibunya memberitahu bahwa dia belum diterima disekolah ini, dan agar dapat diterima di sekolah ini dia harus bertingkah sopan dan manis. Totto – chan menuruti kata-kata ibunya agar bisa diterima di sekolah tersebut. Semua gerbong itu hening, karena pada saat itu jam pelajaran sedang berlangsung. Totto-chan menyatakan sangat menyukai skolah itu dan dia menanyakan pakah mereka akan bertemu dangan kepala sekolah atau kepala stasiun dan ibunya memberikan saran agar dia bertabya langsung kepada kepala sekolah saja nanti.
Mereka akhirnya masuk di ruangan kepala sekolah. Totto – chan dipersilakan bercerita walaupun pada sebelumnya dia mengira dia akan ditanyakan pertanyaan yang harus dijawab. Totto bercerita dengan sangat bersemangat karna dia disuruh bercerita tentang dirinya sendiri, apa yang terjadi dan apa yang telah dia alami selama ini. Totto – chan pun menceritakan semua yang telah dia alami selama ini dan apa yang di kenakan pada hari itu, sampai-sampai Totto-chan kehabisan cerita. Totto – chan merasa telah bertemu dengan orang yang  dia sukai dan dapat menerima dia disekolahnya. Totto – chan sangat menyukai kepala sekolah Sasoko Kobayashi dan begitu pula sebaliknya. Tidak terasa tenyata Totto-chan sudah empat jam bercerita hal itu sangat membuat hati Totto-chan sangat senang.
Kepala sekolah mengajak Totto-chan untuk melihat ketempat murid-murid biasa makan siang. Sampai di tempat murid-murid makan siang Totto-chan merasa berbeda karena sekolah barunya berbeda dengan sekolah yang lama, karena jumblah murid di sekolah barunya hampir sama dengan jumblah murid satu kelas di sekolahnya yang lama.
Totto-chan tidak sabar menunggu hari esok ketika kepala sekolah mengatakan jika dia adalah murid sekolah ini. totto-chan tidak pernah bersemangat seperti itu pada saat turun ke sekolah tapi hari itu dia sangat bersemangat hingga dia bangun pagi sekali dan sudah mengenakan pakaiaan seragamnya. Melihat hal itu rasanya mama tidak percaya kalau Totto-chan baru saja dikeluarkan dari sekolah tapi sekarang sudah bisa turun bersekolah dengan riang gembira.
Jantung Totto – chan berdebar – debar karena dia akan sekolah di sekolah yang baru. Totto – chan merasa akan melaksanakan pelajaran yang seperti melakukan perjalanan yang menyenangkan karena dia akan bersekolah di gerbong kereta. Setelah melihat sekeliling dan akhirnya Totto – chan melihat seorang anak perempuan yang juga merupakan murid dari sekolah itu. Setelah murid datang satu persatu dan semuanya telah hadir dan pelajaran siap dimulai.
Di sekolah baru Totto – chan berbeda dengan sekolahnya yang lama karena di sekolahnya yang baru setiap murid dipersilakan dimana saja sesuka hati mereka. Totto – chan memutuskan untuk duduk disebelah anak perempuan yang datang setelah dia karena murid – murid telah lengkap dan guru pembimbing telah siap memulai pelajaran. Di sekolah Tomoe murid – murid dipersilakan memilih pelajaran atau hal apa yang mereka sukai. Metode ini digunakan agar mempermudah para guru untuk mengawasi bakat atau minat yang dimiliki oleh tiap murid. Cara berfikir seperti apa yang digunakan oleh masing – masing siswa. Guru hanya berperan sebagai pengawas dan pembimbing.
Tiba waktu makan siang yang merupakan kegitan yang paling ditunggu – tunggu oleh Totto – chan. Dalam hal ini kepala sekolah memberikan arahan kepada para orang tua agar memberikan bekal makanan yang berasal dari laut dan darat. Hal itu dilakukan agar mempermudah orang tua dalam menyiapkan makanan anaknya. Selain itu, hal itu dilakukan agar tidak ada saling ejek dari masing – masing murid. Kepala sekolah juga mengajak para murid untuk mengenal asal makanan yang mereka makan.
Sebelum mulai makan siang kepala sekolah mengajak para murid untuk beryanyi, namun tidak seperti sekolah pada umumnya. Setelah bernyayi barulah mereka mengucapkan selamat makan. Kemudian setelah selesai melakukan makan siang guru pengasuh bertanya kepada para murid apa yang akan mereka lakukan dan serentak anak – anak menjawab jalan – jalan. Tentu hal ini sangat unik bagi Totto – chan karena baru kali ini dia menemukan pelajaran yang mengajak jalan – jalan dalam belajar. Dalam pelajaran yang dilakukan dengan berjalan – jalan guru mengajak pengenalan jenis tumbuhan atau hewan yang mereka temui.
Hari itu mereka akanmelakukan pelajaran sambil berjalan-jalan halini sangat berbeda dengan sekolah Totto-chan yang lama dan hal itu sangat membuat hati totto-chan sangat gembira. Dalam pelajaran
Sekolah Komoe Gukuen adalah sekolah yang penuh kejutan bagi Totto – chan. Tapi Totto – chan juga sempat berpikir apakah sekolahnya yang sekarang mempuyai lagu sekolah. Hal itu dia tanyakan kepada kepala sekolahnya apakah sekolah mereka mempunyai lagu sekolah. Ternyata kepala sekolah menjawab tidak ada. Kepala sekolah berjanji akan membuatkan lagu untuk sekolah mereka. Tapi lagu yang diciptakan oleh kepala sekolah tidak disukai oleh para muridnya lalu kepala sekolah memaklumi hal itu karena memang lagu yang diciptakan tidak bagus.
Totto-chan belum pernah bekerja sekeras itu sepanjang hidupnya. Hari itu benar-benar sialkarena dompet kesangannya jatuh kedalam kakus. Padahal didalamdompetitu tidak ada uangnya,tapi karena dia menyukai dompet itu dan dia selalu membawa dompet itu kemana-mana. Dompet itu bisa jatuh karena kebiasaan aneh yang dimiliki oleh totto-chan apa bila pergi ke kakus dia selelu mengintip kedalam lubang kakus. Ketika dompetnya jatuh kedalam lubang kakus dia bertekad untuk mencarinya dan tidak akan menangis. Sebelum mencari dompetnya dia pergi keruang gudang sekolah untuk mengambil peralatan untuk mencari dompetnya. Setelah mengambil peralatan untuk mencari dompetnya,totto-chan mencari tempat penampungan kotoran tersebut. Ketika menemukan tempat penampungan kotoran tersebut dia segera membuka penutup bak penampug kotoran itu, lalu totto-chan mulai mencedok kotoran yang berada di dalam bak tersebut. Ketika sedang asik mencedok kotoran dalam bak itu.
Kepala sekolah kebetulan lewat di situ dan bertanya apa yang dilakukan oleh Totto-chan. Dia menjawab sedang mencari dompetnya yang terjatuh di dalam kakus. Kemudian kepala sekolah mengatakan apakah totto-chan akanmengembalikan kotoran itu kembali dan totto-chan menjawab iya. Sudah lama mencari tapi totto-chan belom juga menemukan dompetnya. Kemudian totto-chan menembalikan kotoran itu seperti janjinya kepada kepala sekolah sejak saat itu dia tidakpernah lagi mengintip kedalam lubang kakus.
Nama totto-chan sebenarnya dalah tetsoko. Sebelum lahir teman-teman papa-mama meyakini bahwa anak yang lahir adalah laki-laki, tapi begitu lahir ternyata anakperempuan dan mereka sedikit kecewa mereka memutuskan memberi nama tetsuko. Namun terkadang papa memanggilnya dengan nama Totsky seperti anak laki-laki. Selain papa dan rocky anjing totto-chan semuaorang memanggilnya Totto-chan,itu dikarenakan setiap orang bertanya namanya dia selalu menjawab totto-chan.
Totto-chan sangat kesal karena kemarin mama melarangnya untu mendengar acara lawak di radio. Padahal sejak belum sekolah dia sudah sering mendengarkan radiodan mama tidak keberatan dia mendengarkan radio pada saat itu, tapi karena totto-chan mengatakan hal selayaknya orang dewasa walaupun dia tidak begitu tahu apa artinya. Karena hal itu lah mama melarang totto-chan mendengarkan radio, tapi bila mama dan papa tidak di rumah totto-chan selalu mendengarkan radio diam-diam.
Putri ketiga kepala sekolah miyo-chan meberitahukan kepada teman-temannya bahwa nanti malam aka nada gerbong baru yang datang.miyo-chan adalah teman satu kelas totto-chan. Mendengar hal itu mereka melontarkan pendapat masing-masing. Pendapat mereka tidak ada yang masuk akal dan mereka memilih miyo-chan untuk menanyakan kepada kepala sekolah apa mereka boleh menunggu gerbong itu datng. Miyo-chan memberitahukan kepada totto-chan dan teman-temannya jika ingin melihat gerbong itu mereka harus pulang dan meminta izin kepadaorang tua dan membawa piya dan selimut, seperti yang dikatakan kepala sekolah. Begitu jam sekolah sudah selesai mereka segera pulang dan mereka berharap bisa pulang kembali pada seat malam. Begitu tiba di rumah totto-chan memberitahukan kepada mamanya bahwa akan da gerbong baru yang akan datang kesekolahnya.
 Mendengar hal itu mama bisa mengerti bahwa ada sesuatu yang luar biasa yang akan terjadi. Mama mennayakan bermacam-macam sampai mama tahu apa yang akan terjadi. Mama menyiapkan piyama dan selimut totto-chan sehabis makan malam. Kemudian mama mengantarkan totto-chan kesekolah karena mama juga ingin melihat datangnya gerbong tersebut. Disana terlihat ada sekitar sepuluh anak disana termasuk anak yang lebih besar, dan ada juga dua orang orang tua yang datang bersama anaknya. Kepala sekolah meminta mereka untuk menunggu di aula sekolah dan kepala sekolah mengatakan akan membangunkan mereka jika gerbong tersebut sudah datang. Totto-chan dan teman-teman masuk ke dalam aula untuk tidur.
Totto-chan terbangun ketika suara temannya yang berteriak akan kedatangan gerbong yang telah mereka tunggu-tunggu. Mendengar hal tersebut Totto-chan langsung melompat dan berlari menyebrangi halaman sekolah untuk melihat gerbong kereta tersebut. Mereka terkejut melihat kendaraan yang membawa gerbong tersebut. Ternyata pendapat yang mereka sampaikan mengenai cara kedatangan gerbong tersebut semuanya salah. Begitu gerbong itu selesai di masukan kedalam lingkungan sekolah para murid marasa sangat senang
Pada saat pelajaran totto-chan dan teman-teman mencuri pandang kehalaman sekolah. Disan mereka melihat sebuah kolam renang. Pada saat istirahat makan siang kepala sekolah mengtakan kepada murid-murid jika hari itu mereka akan berenangh, sebelum berenang mereka di ajak untuk pemanasan.  Dikolam renang semua anak dalam keadaan telanjang bulat. Ketika berenang bersama teman-teman, Totto-chan mengingat jika rocky  ada di sini sekarang pasti dia sangat senang.
Ketika habis bagi rapor Totto-chan segera pulang tanpa melihat kiri kanan lagi. Jika ada orangf yang melihat hal tersebut pasti orang berpikiran bahwa telah terjadi sesuatu yang mengerikan kepada Totto-chan. Setelah sampai di rumah dia segera memperlihatkan hasil rapornya kepada Rocky anjingnya. Selain itu totto-chan membawa sebuah surat dari kepala sekolah yang berisikan pemberitahuan bahwa mereka mareka akan melakukan perkemahan. Kemudian totto-chan mempertanyakan apa itu yang di maksud kemah, dan mama hanya menjelas kan mengenai apa saja yang terdapat dalam perkemahan.
Dalam perkemahan tersebut kepala sekolah menceritakan tentang lagenda-lagenda dan negri jepang yang selama ini belum pernah mereka lihat atau dengar dari siapapun. Walaupun hanya berkemah di dalam aula tapi ini merupakan pengalaman baru untuk totto-chan dan teman-temannya.
Setelah dua hari habis kemah totto-chan memulai petualangann yang lebih besar, yaitu membantu yasuaki-chan naik kepohon miliknya. Dalam membantu yasuaki-chan, totto-chan melakukan pertaruha hidap dan mati. itu merupakan hal yang sangat berarti untuk yasuaki-chan karena selama ini dia belum pernah memanjat pohon. Hal ini sudsah direncanakan oleh Totto-chan sejak semalam. Selain itu totto-chan juga pernah melakukan tes keberanain bersama teman-temannya yang lain pada saat waktu berkemah.
Banyak hal menyenangkan yang dilakukan oleh totto-cahan, dan  hari ini tdia pergi kegedung tempat papa berlatih. Pada hari itu totto mengajak rocky untuk ikut bersamanya. Bila sudah sampai di gedung latihan totto-chan selalu mengintip di depan pintu masuk gedung, bila para pemain music sedang istirahat. Papa selalu bertemu totto-chan di depan pintu.
Pada saat liburan musim panas sudah berakhir hari piknik ke sumber air panas telah tiba bagi murid-murid tomoe. Acara itu sangat penting ketika totto-chan pulang sekolah dia bertanya apa dia boleh pergi piknik ke sumber air panas kepada mamanya. Setelah membaca surat dari kepala sekolah, mama merasa gagasan itu sangat baik apa lagi di samping piknik anak-anak bisa sambil belajar. Sebelum berangkat murid-murid tomoe berkumpul di sekolah. Kepala sekolah memberitahukan bahwa mereka akan menaiki kereta dan akan naik kapal untuk menuju lokasi tempat mereka piknik. Setelah selesai memberitahukan murid-murid langsung menaiki kereta dan berjalan di dalam gerbong.ketika sampai di Numazu mereka langsung menaiki kapal untuk menuju lokasi pemamdian air panas toi. Pemandian air panas toi terletak di laut yang terbuka. Tempat itu sangat menyenangkan bagi murid-murid tomoe.
Liburan musim panas telah usai dan semester kedua di sekolah tomoe gakuen telah di mulai. Cara pengajaran yang terdapat di tomoe  sangat berbeda dengan sekolah lain dan sebagian besar jam sekolah mereka diisi dengan pelajaran music. Ada bermacam-macam jenis music salah satunya adalah euritmik. Konsep pelajaran music euritmik di dapatkan kepala sekolah pada saat di eropa. Ketika mengikuti pelajaran music euritmik semua murid sangat senag dan mereka ikut bernyanyi dan menari. Totto-chan merasa bahagia dan dia berpikir apakah ini sekolah.
Hari itu yang di lewati Totto-chan sangat mengesankan bagi dirinya. Totto-chan tidak menyangka jika dirinya akan bisa bersekolah di tempat yang sangat dia inginkan. Tiba saat dimana sekolah itu telah menjadi sebuah lautan api bersema dengan jiyugaoka. Hal itu menjadi pukulan terberat bagi murid-murid tomoe gakuen karena skolah mereka telah habis di makan api. Namun mereka bertekad tidak akan melupakan sekolah tomoe dari hati mereka.


B.     Analisis
Beberapa penyimpangan dari sintaksis :
Pada  halaman 21 paragraf . Karena kaget , mama langsung berlari menyusulnya . Seharusnya, mama langsung berlari menyusul totto-chan.
Pada halaman 56 paragraf 2 terdapat penyimpangan kalimat. Totto-chan punya kebiasaan aneh. Seharusnya, Totto-chan mempunyai kebiasaan aneh.
Pada halaman 59 paragraf 5 terdapat penyipangan kalimat. Ia memasukakn semua kembali ke dalam bak penampungan. Seharusnya, Totto-chan memasukkan kembali kotoran  ke dalam bak penampungan.
Pada halaman 66 paragraf 1 terdapat penyimpangan. Ia tak punya bayangan dari mana datangnya gerbong itu. Seharusnya, Totto-chan tidak mempunyai bayangan dari mana datangnya gerbong itu.
Pada halaman 67 paragraf  4 terdapat penyimpangan kalimat. Sore itu murid-murid tak bisa lagi berkonsentrasi pada pelajaran. Seharusnya, murid-murid tidak dapat bekonsentrasi dalam belajar sore itu.
Pada halaman 68 paragraf  11 terdapat penyimpangan kalimat. Gerbongnya sudah datang!. Kalimat serperti ini bisa dikatakan kalimat namun tidak memiliki SPOK 
Pada halaman 164 paragraf  4 terdapat penyimpangan kalimat. Anak-anak sangat gembira. Seharusnya anak-anak sangat gembira membaca buku
Pada halaman 167 paragraf  4 terdapat penyimpangan kalimat. Ketika berjingkat-jingkat mendekati dapur, kedua anak itu mendengar suara kepala sekolah yang sedang marah, menembus keluar pintu yang tertutup. Seharusnya totto-chan berjingkat-jingkat mendekati dapur kedua anak itu mendengar suara kepala sekolah yang sedang marah, menembus keluar pintu yang tertutup.
Pada halaman 191 paragraf  5 terdapat penyimpangan kalimat. Ia memandagi Tai-chan sampai anak itu, dengan kepalanya yang besar, hilang dari pandangan. Seharusnya totto-chan memandangi Tai-chan dengan kepalanya yang besar, hilang dari pandangan.

Dari analisis penyimpangan diatas bahwa penulisan kalimat ini terdapat kekurangan Karena jika dilihat ada kalimat itu tidak sesuai dengan SPOK  dan kaidah penulisan, sehingga pesan yang disampaikan  tidak dapat di mengerti maksud dan tujuannya.

Adapun mengkaji dari penggunaan konjungsi intrakalimat pada kata depan sebagai berikut:
Pada halaman 15. Maka terdengarlah lengking nyaring clarinet, bunyi gong, cenderung, dan samisen- alat music petik khas jepang.
Pada halaman 32. Tapi sesaat kemudian, mama kaget melihat totto-chan melepaskan karcis abonemen kereta dari lehernya dan memasangnya ke leherRocky. Astaga …pikirnya. Tapi mama memutuskan untuk diam dan menunggu apa yang akan terjadi.
Pada halaman 35. Lalu datanglah seorang anak laki-laki.
Pada halaman 37. Yang paling aneh dari sekolah ini adalah pelajarannya.
Pada halaman 128. Yang terpikir oleh totto-chan hanya bagaimana kalau mama dan papa marah lalu mengusir atau membuang Rocky.
Pada halaman 187. Dan setiap kali kepala sekolah mengatakannya, totto-chan tersenyum, melompat rendah, lalu berkata,’’ya, aku memanh anak baik.’’ Dan ia mempercayai kata-kata itu.
 Dari beberapa kalimat diatas dapat dikaji bahwa terdapat kata penghunbung yang salah penempatan, karena diwali konjungsi menggunakan huruf kapital dan langsung sambung kalimat berikutnya. Contohnya saja diatas menggunakan konjungsi maka, tapi, lalu, yang, dan.









BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari hasil analisis novel Totto-chan “Gadis Cilik di Jendela” karya Tetsuko Kuroyanagi. Terdapat penyimpangan dari struktur sintaksis, hal ini karena  tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Penyimpangan yang terjadi dalam novel ini sangat berpengaruh terhadap makna kata. Sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak tersampaikan karena adanya penyimpangan tersebut. Selain itu penyimpangan ini juga berpengaruh terhadap pemahaman tentang jalan cerita ataupun kejadian yang terjadi dalam penulisan novel itu sendiri.


B.     Saran
Bagi yang membaca makalah ini   












DAFTAR PUSTAKA

Tarigan ; Henry Guntur. 2000 . Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Hs ;widjono. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.


Read More >>

WACANA BAHASA INDONESIA

1

Bookmark and Share

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam atas nikmat dan karunia yang tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Petrus selaku dosen pembimbing mata kuliah Wacana Bahasa Indoonesia, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengerjakan tugas tentang Wacana Bahasa Indonesia. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan motivasi dan masukan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah yang mengenai wacana bahasa Indonesia ini merupakan bacaan yang baik untuk semua kalangan dari orang tua hingga anak pelajar. Tidak lupa juga kami menyampaikan bahwa masih kurangnya isi dari makalah kami ini mungkin dengan adanya kritik dan saran dari pembaca kami sangat berterimakasih dan berlapang dada untuk menerima masukannya.

Tiada gading yang tak retak, pepatah ini mewakili penulis untuk meminta kritik dan saran bagi kesempurnaan makalah ini apabila terdapat banyak kesalahan untuk menambah wawasan keilmuan penulis.




Penulis



DAFTAR ISI
Hal
SAMPUL DEPAN............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Wacana............................................................................................ 4
3.2 Jenis Wacana...................................................................................................... 4
3.3 Syarat Terbentuknya Wacana.......................................................................... 5
3.4 Ciri-ciri wacana.................................................................................................. 8
BAB IV  PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 9
4.2 Saran................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Dalam praktek berbahasa ternyata kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar seperti banyak diduga atau diperhitungkan orang selama ini. Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana( inggris:discourse)  bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam sintaksis, banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari kalimat-kalimat yang ada disekitarnya, maka kalimat itu menjadi satuan yang tidak mandiri. Kalimat-kalimat itu tidak mempunyai makna dalam kesendiriannya. Mereka baru mempunyai makna bila berada dalam konteks dengan kalimat-kalimat yang berada disekitarnya.
Kalau kalimat itu adalah unsur  pembentuk wacana, maka persoalan kita sekarang apakah wacana itu, apakah cirri-cirinya, bagaimana ujudnya, atau bagaimana pembentukannya. Berbagai macam definisi tentang wacana telah dibuat orang. Namun , dari sekian banyak definisi yang berbeda-beda itu, pada dasarnya menekankan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap. Sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca( dalam wacana tulis) atau pendengar( dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.
Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur  yang ada dalam wacana tersebut. Bila wacana itu kohesi, akan terciptalah kekoherensian, yaitu isi wacana yang apik dan benar. 
B.  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana pengertian wacana itu?
2.    Bagaimana memahami jenis wacana?
3.      Bagaimana syarat terbentuknya wacana?

C.  Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini ada pun tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui pengertian wacana, memahami jenis wacana dan mengetahui persyaratan terben, tuknya wacana. Tujuan penulisan ini juga untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca.



















BAB II
LANDASAN TEORI

Wacana pada dasarnya merupakan pemahaman terhadap teks yang diperlukan oleh masyarakat bahasa dalam komunikas dengan informasi yang utuh. Wacana yang utuh harus dipertimbangkan dari segi isi ( informasi) yang koheren, sedangkan kekohensifannya dipertimbangkan dari ketuntutan unsur pendukung( bentuk). Sumarlam (2003:15) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah khotbah dan dialog. Atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis yang dilihat dari struktur lahirnya( dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya( dari segi maknanya) bersifat koheren terpadu.

















BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.
Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar di gunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi merupakan bentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk wacana.

B.     Jenis Wacana
Dalam perbagai kepustakaan ada di sebut berbagai jenis wacana sesuai sdengan sudut pandang dari mana wacana itu di lihat. Begitulah, pertama-tama di lihat adanya wacana lisan dan wacana tulis berkenaan dengan sarananya, yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis. Kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi di lihat dari kegunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puistik.

Selanjutnya, wacana prosa ini di lihat dari penyampaian isinya di bedakan lagi menjadi wacana narasi, narasi eksposisi, wacana persuasi dan wacana argumentasi. Wacana narasi bersifat menceritakan suatu topic atau hal ; wacana eksposisi bersifat memaparkan topic atau watak; wacana persuasi bersifat mengajak, menganjurkan atau melarang; dan wacana argumentasi bersifat member argument atau alasan terhadap suatu hal. Masih terbuka adanya jenis wacana lain mengingat penggunakan bahasa sangat luas, yang mencakup berbagai segi kehidupan manusia.
C.    Syarat Terbentuknya Wacana
Adapun persyaratan gramatikal dalam wacana dapat di penuhi atau dalam wacana itu sudah terbina yang di sebut  adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut. Bila wacana itu kohesif , akan terciptalah kekoherensian yaitu isi wacana yang apik dan benar.
Kekohesifan itu dicapai dengan cara pengacuan dengan menggunakan kata ganti –nya mari kita lihat! Kalimat (1) adalah kalimat bebas, kalimat utama yang berisi pernyataan, bahwa sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk. Kalimat (2) adalah kalimat 3terikat, yang di kaitkan dengan kalimat (1) dengan menggunakan kata gantinya-nya pada kata ikannya dan telurnya yang jelas mencakup pada terubuk pada kalimat (1). Kalimat (3) juga di kaitkan dengan kalimat (1) dan kalimat (2) dengan menggunakan kata ganti -nya pada kata harga-nya yang juga jelas mencakup pada kata terbuk pada kalimat (1). Lalu, kalimat (4) merupakan kesimpulan terhadap pernyataan pada kalimat (1), (2) dan (3), yang di kaitkan dengan bantuan konjungsi antar kalimat makanya.
Kekohesifan wacana itu di lakukan dengan mengulang kata pembaharu pada kalimat (1) dengan kata pembaharuan pada kalimat (2); serta mengulang frase perubahan jiwa pada kalimat (2) perubahan pada kalimat (3). Adanya pengulangan unsure yang sama itu menyebabkan wacana itu menjadi kekoherens dan apik. Namun, pengulangan-pengulangan seperti di atas yang tampak kohesif, belum tentu menjamin terciptanya kekoherensian.  Jadi syarat terbentuknya wacana apabila adanya kohesif dan koherensi.
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif, antara lain adalah
1.      Konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian  kalimat; atau menghubungkan paragraf dengan paragraph. Dengan penggunaan konjungsi ini, hubungan itu menjadi lebih eksplisit, dan akan menjadi lebih jelas bila dibandingkan dengan hubungan yang tanpa konjungsi. Contohnya: Raja sakit. Permaisuri meninggal.
Pada contoh diatas, hubunngan antara kalimat pertama dengan kalimat kedua itu tidak jelas: apakah hubungan penambahan, apakah hubungan sebab dan akibat, atau hubungan kewaktuan. Hubungan menjadi jelas, misalnya diberi konjungsi, dan menjadi kalimat sebagai berikut:
1.    Raja sakit dan pernaisuri meninggal.
2.    Raja sakit karena permaisuri meninggal.
3.    Raja sakit ketika permaisuri meninggal.
4.    Raja sakit sebelum permaisuri meninggal
5.    Raja sakit. Oleh karena itu, permaisuri meninggal.
6.    Raja sakit, sedangkan permaisuri meninggal.
2.      Menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis. Dengan menggunakan kata ganti sebagai rujukan anaforis, maka bagian kalimat yang sama tidak perlu di ulang, melainkan dig anti dengan kata ganti itu. Maka oleh karena itu juga, kalimat-kalimat tersebut saling berhubungan.
3.      Menggunakan ellipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang lain. Dengan ellipsis, karena tidak di ulangnya bagian yang sama, maka wacana itu tampak menjadi lebih efektif, dan penghilangan itu sendiri menjadi alat penghubung kalimat di dalam wacana itu.
Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koherens dapat juga di buat dengan bantuan berbagai aspek semantik. Caranya, antara lain:
1.    Menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana. Misalnya:
a.       Kemarin hujan turun lebat sekali. Hari ini cerahnya bukan main.
b.      Saya datang anda pergi. Saya hadir, anda absen. Maka, mana mungkin kita bisa bicara.
2.    Menggunakan hubungan generik-spesifik; atau sebaliknya spesifik-generik. Misalnya:
a.       Pemerintah berusaha menyediakan kendaraan umum sebanyak-banyaknya dan akan berupaya mengurangi mobil-mobil pribadi.
b.      Kuda itu jangan kau pacu terus. Binatang juga perlu beristirahat.
3.    Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
a.       Dengan cepat di sambarnya tas wanita pejalan kaki itu. Bagai elang menyambar anak ayam.
b.      Lahap benar makanannya. Seperti orang yang sudah satu minggu tidak ketemu nasi.
4.    Menggunakan hubungan sebab-akibat di antara isi kedua bagian kalimat; atai isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
a.       Dia malas, dan sering kali bolos sekolah. Wajarlah kalau tidak naik kelas.
b.      Pada pagi hari bus selalu penuh sesak. Bernafas pun susah di dalam bus itu.
5.    Menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana. Misalnya:
a.       Semua anaknya di sekolahkan. Agar kelak tidak seperti dirinya.
b.      Banyak jembatan layang di bangun di Jakarta. Supaya kemacetan lalu lintas teratasi.


6.    Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
a.       Becak sudah tidak ada lagi di Jakarta. Kendaraan roda tiga itu sering di tuduh memacetkan lalu lintas.
b.      Kebakaran sering melanda Jakarta. Kalau dia datang si jago merah itu tidak kenal waktu, siang ataupun malam.
D.    Ciri-ciri wacana
1.      Dalam wacana perlu ada unsur-unsur susun atur menurut sabab, akibat, tempat, waktu, keutaamaan dan sebagainya.
2.      Wacana harus mempunyai andaian dan inferensi. Maklumat pertama dalam wacana di gelar andaian manakala maklumat berikutnya disebut inferensi.
3.      Setiap kata dalam wacana harus ada maklumat baru yang ada dalam kata sebelumnya.


















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Untuk membuat sebuah wacana yang baik itu, harus memenuhi persyaratan terbentuknya wacana. Terbentuknya wacana dibutuhkan adanya kohesif dan koherens di dalam hubungan antar kalimat di dalam wacana.
B.     Saran
Adapun saran bagi pembaca antara lain:
1.      Bagi pembuatan wacana harus memperhatikan kohesif dan koherens di dalam sebuah wacana. Karena tanpa kohesif dan koherens kita tidak dapat memahami maksud atau tujuan yang ada di dalam sebuah wacana tersebut.
2.      Pembaca harus memperhatikan kaidah penulisan yang ada di dalam sebuah wacana.
3.      Dalam pembuatan wacana diharapkan tidak terdapat penyimpangan kata ataupun kalimat.










DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta




Read More >>